Arsip Blog

Cara agar hidup kita lebih bermakna

Akan sulit jika sendok dipakai untuk menghabiskan semangkok mie goreng.

Sangat melelahkan saat garpu digunakan untuk menghabiskan sepiring nasi. Bukan tidak bisa, hanya tidak mudah. Setiap hal memiliki fungsinya masing- masing, begitu juga dengan manusia. Kita memiliki peran di bumi ini.

Setiap kita berbeda. Pada akhirnya tergantung kita, menjalani hidup dengan efektif dan maksimal atau berputar-putar di lingkaran yang kita tahu tidak ada ujungnya.

Saat kita menjalani fungsi kita, semua akan terasa lebih ringan. Beberapa langkah yang dapat ditempuh untuk menemukan tujuan hidup kita :

1. Bertanya kepada pihak yang tepat Tidak ada yang paling memahami fungsi suatu benda jika bukan orang yang membuatnya. Sama seperti setiap kita, datang kepada Pencipta kita tidak pernah sia-sia. Apapun kepercayaaan setiap kita, tidak ada salahnya untuk mendekatkan diri pada- Nya dan berkomunikasi. Pastikan kita memiliki hubungan yang erat hingga kita dapat peka untuk setiap perkataan- Nya. Kita tidak perlu bergantung pada orang lain untuk hidup kita. Orangtua, sahabat, guru, memang mereka adalah orang yang pantas untuk kita dengarkan nasehatnya, tapi mereka bukan penentu masa depan setiap kita. Mereka bukan yang menciptakan kita. Tidak heran kita akan selalu mendengar banyak pendapat mengenai apa yang seharusnya kita lakukan. Karena bagimanapun juga mereka hanya melihat dari kacamata mereka, setiap mereka memiliki keterbatasannya masing-masing dalam mengartikan setiap tindakan kita. Ketika seorang polisi melihat anak laki-lakinya tumbuh kekar dan tampan, boleh saja lantas ia berpendapat bahwa lebih baik anaknya tersebut menjadi seorang polisi seperti dirinya. Pada akhirnya, itu semua tergantung pada kita, apakah kita hidup hanya untuk menyenangkan orang lain semata.

.

2. Berdamai dengan diri sendiri Lingkungan kerap membuat kita rendah diri. Ya, terkadang kita menutupi sesuatu untuk membuat diri kita diterima. Lebih parahnya, kita bukan hanya menutupi sesuatu, namun berpura-pura menjadi sesuatu agar kita dianggap pantas berbaur dengan lingkungan. Keluarga sangat mempengaruhi hal tersebut, jika seorang anak sejak kecil sudah diberi kebebasan untuk menjadi dirinya sendiri, kemungkinan kecil ia akan mengorbankan dirinya yang asli hanya demi penerimaan. Namun untuk kita yang dibesarkan di keluarga yang kaku, maka sangat mungkin untuk kita pada akhirnya menutupi diri kita yang sebenarnya, hobi-hobi kita, ketertarikan kita, bahkan impian-impian kita. Orangtua memiliki peranan besar dalam hal ini. Namun setiap kita memiliki kemampuan untuk memperjuangkan setiap mimpi dan cita- cita kita. Dengan menjadi diri sendiri dan tidak berusaha berubah, kita memberi penghargaan yang tinggi kepada diri kita. Ini bukan sikap arogan, tapi berdamai dengan siapapun yang ada di depan cermin. Meyakini bahwa kita memiliki bentuk fisik yang tepat, kepribadian yang tepat, hobi yang tepat, bahkan impian yang tepat untuk memenuhi tujuan kita di bumi ini.

.

3. Evaluasi ketertarikan dan kemampuan Dalam hal ini, ketertarikan dan kemampuan harus berjalan beriringan. Mulai evaluasi dalam bidang apakah kita paling tertarik. Ketika orang lain bahkan tidak mau melakukannya meski dibayar, kita dengan senang hati mengerjakannya walau tanpa imbalan. Bagi sebagian orang itu bisa saja memasak, menulis, menghitung, memotong rumput, bernyanyi, berpidato, dll. Setiap kita dilengkapi dengan emosi dan itu tidak dapat dipalsukan atau disembunyikan. Ketika kita terseyum lebar saat mendapat penugasan sesuatu, itu pasti terlihat. Ketika kita mampu melakukan sesuatu berjam-jam tanpa rasa bosan dan lelah, bahkan orang terdekat kita sama- sekali tidak melihat wajah muram sepanjang proses aktivitas tersebut. Sesungguhnya uang berapapun besarnya tidak dapat membeli ketertarikan. Ketika kita tidak bersemangat melakukan sesuatu, kita bagaikan di neraka. Kita pasti dapat membedakan, aktivitas mana yang kita sukai ataupun tidak. Setelah itu, mengevaluasi kemampuan juga tidak kalah penting. Ketika kita suka memasak namun tidak ada yang suka makanan kita, jelas ada sesuatu yang salah. Jika kita suka bernyanyi, namun tidak ada yang mau mendengarkan suara kita, sungguh semakin menyiratkan ada sesuatu yang salah. Ketika itu memang panggilan hidup kita, sudah dapat dipastikan kita memiliki kemampuan di sana. Bahkan lebih dibanding orang di sekitar kita. Saat kerabat kita memiliki kesulitan dalam bidang hitung- menghitung, kita dengan mudahnya menyelasaikan semua itu. Ketika teman kita harus bersusah payah dalam membawakan presentasi yang baik di hadapan puluhan orang, dengan santai kita membuat ratusan orang mau mendengarkan kata demi kata yang keluar dari mulut kita.

Posting Komentar

Distributed by Gooyaabi Templates | Designed by OddThemes